LAPORAN
PRAKTIKUM
PENGELOLAAN HAMA
DAN PENYAKIT TERPADU
ACARA I
‘’ AGROEKOSISTEM
DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM’’
Disusun Oleh:
Nama : Darfan
Suhendra Damanik
Nim :
A1L010169
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ekosistem pertanian /
Agroekosistem ( EP ) adalah ekosistem yang proses pembentukannya ada campur
tangan manusia dengan tujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dalam rangka
memenuhi kebutuhan tuntutan manusia. Campur tangan manusia dapat berupa
pemberian masukan energy tinggi dan biasanya mempunyai kecenderungan mengubah
keseimbangan alami dan menyebabkan ekosistem menjadi tidak stabil bila dikelola
dengan baik. Contoh masukan energi tinggi antara lain : Pestisida kimia
sintetik, pupuk kimia, benih unggul dll.
Berdasarkan
proses pembentukannya, ekosistem dibagi menjadi dua, yaitu Ekosistem Alami dan
Ekosistem Pertanian / Agroekosistem. Ekosistem Alami merupakan ekosistem yang
proses pembentukan dan perkembangannya terjadi tanpa ada campur tangan manusia,
sedangkan Agroekosistem merupakan ekosistem yang proses pembentukan dan
perkembangannya terjadi karena ada campur tangan manusia.
Agroekosistem
berasal dari kata sistem, ekologi dan agro. Sistem adalah suatu kesatuan
himpunan komponen-komponen yang saling berkaitan dan pengaruh-mempengaruhi
sehingga di antaranya terjadi proses yang serasi. Ekologi adalah ilmu tentang
hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungannya. Sedangkan
ekosistem adalah sistem yang terdiri dari komponen biotic dan abiotik yang
terlibat dalam proses bersama (aliran energi dan siklus nutrisi).
Agroekosistem
dapat dipandang sebagai sistem ekologi pada lingkungan pertanian. Agroekosistem
kebanyakan dipakai oleh negara atau masyarakat yang berperadaban agraris. Kata
agro atau pertanian menunjukan adanya aktifitas atau campur tangan masyarakat
pertanian terhadap alam atau ekosistem. Istilah pertanian dapat diberi makna
sebagai kegiatan masyarakat yang mengambil manfaat dari alam atau tanah untuk
mendapatkan bahan pangan, energi dan bahan lain yang dapat digunakan untuk
kelangsungan hidupnya (Pranaji, 2006). Dalam mengambil manfaat ini masyarakat
dapat mengambil secara langsung dari alam, ataupun terlebih dahulu mengolah
atau memodifikasinya. Jadi suatu agroekosistem sudah mengandung campur tangan
masyarakat yang merubah keseimbangan alam atau ekosistem untuk menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat. Pendekatan agroekosistem berusaha menanggulangi
kerusakan lingkungan akibat penerapan sistem pertanian yang tidak tepat dan
pemecahan masalah pertanian spesifik akibat penggunaan masukan teknologi
(Sutanto, 2002).
B.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui jenis
dan fungsi agroekosistem
2.
Untuk mengenal komponen
ekosistem pertanian
3.
Untuk menentukan
keputusan pengelolaan agroekosistem
4.
Untuk memberi
kesempatan praktikan menjadi ahli di lahannya sendiri
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Agroekosistem atau ekosistem pertanian merupakan suatu
kesatuan lingkungan pertanian yang tersusun dari komponen biotik dan abiotik
yang saling berinteraksi serta manusia dengan sistem sosialnya yang tidak dapat
dipisahkan dengan komponen-komponen tersebut. Pengertian ekosistem pertanian
yang paling sederhana dan mudah dimengerti oleh petani adalah hubungan timbal
balik antara komponen biotik dan abiotik serta manusia pada suatu lingkungan
pertanian (Luckman, 1982).
Analisis agroekosistem merupakan kegiatan terpenting dalam
pengelolaan hama dan penyakit terpadu, kegiatan ini dapat dianggap sebagai
teknik pengamatan terhadap hal yang mendasari petani dalam membuat
keputusan-keputusan pengelolaan lahan pertaniannya (Mangan, 2002).
Ekosistem pertanian merupakan ekosistem yang
lebih sederhana dan kurang stabil bila dibandingkan dengan ekosistem alami.
Oleh karena itu ekosistem pertanian rawan terhadap letusan hama. Kestabilan
ekosistem tidak hanya ditentukan oleh
diversitas struktur tetapi oleh sifat-sifat dari komponen ekosistem. Apabila
interaksi antarkomponen ekosistem dapat
dimengerti dan dapat dikelola secara tepat maka kesatabilan ekosistem dapat
diusahakan.
Pengalaman serta pengetahuan individu dalam pelaksanaan konsep PHT merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan konsep PHT. Pengalaman dan pengetahuan, serta kecepatan seseorang dalam pengambilan keputusan dapat menentukan sebuah pilihan berdasarkan realita yang ada.
Unsur penyusun
ekosistem pertanian dan interaksinya selalu berubah sesuai dengan besarnya
faktor yang mempengaruhi menurut waktu dan tempat. Faktor tersebut antara lain
: tindakan manusia, iklim, air, serangga penyerbuk, inang alternatife, gulma,
dan musuh alami. Setiap unsure dalam EP memiliki peran dan sifat khusus yang
dapat memperbanyak tingkat pertumbuhan dan penyebaran populasi setiap organism
yang ada dalam ekosistem tersebut. Perubahan tersebut dapat diketahui melalui
pemantauan agroeosistem secara teratur sehingga dapat dilakukan analisis
agroekosistem yang bertujuan untuk mengatasi persoalan yang terjadi karena
perubahan ekologi.
Analisis agroekosistem
merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam pengelolaan hama terpadu.
Kegiatan AES dapat dianggap sebagai teknik pengamatan terhadap hal yang
mendasari petani dalam membuat keputusan tentang pengelolaan lahan / kebunnya.
Keputusan pengelolaan tersebut misalnya kegiatan sanitasi, pemangkasan ,
pemupukan, teknik pengendalian. Kegiatan AAES mengharuskan melakukan sejumlah
pengamatan sejumlah faktor sebelum membuat keputusan perlindungan tanaman.
Faktor tersebut antara lain :
a. hama e. cuaca
b. penyakit f. air
c. musuh
alami g. kondisi kebun
d.
serangga netral h. Gulma
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
Alat dan Bahan
Bahan dan alat meliputi : pertanaman pangan (padi dan ubi
jalar), kantong plastik, kertas plano dan alat tulis.
B.
Prosedur Kerja
1.
Mahasiswa dibagi dalam
kelompok kecil sesuai dengan pembagian dalam setiap rombongan
2.
Persiapan bahan dan
alat
3.
Penugasan mahasiswa ke
lapang untuk mengamati komponen agroekosistem yang meliputi agroekosistem
tanaman pangan
4.
Gambar keadaan umum
agroekosistem yang diamati
5.
Hasil pengamatan
ditulis pada kertas plano
6.
Koleksikan
serangga/hewan yang bertindak sebagai hama dan musuh alami, juga tanaman/bagian
tanaman yang bergejala sakit
7.
Presentasikan hasil
pengamatan
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil
Pengamatan
Hari : minggu, 11
November 2012
Lokasi : Desa karangwangkal.
Kec. Purwokerto utara.
Kab.
Banyumas. Jawa tengah
Luas : Padi = 800
Ubi jalar = ± 40 batang
Waktu pengamatan : Pukul 09:30 – 11:30 wib
Tanaman pokok : Padi Sawah
Agroekosistem
tanaman Padi dan Ubi Jalar
1.
Padi
Keterangan
:
A.
BIOTIK
·
Tanaman pokok : Padi sawah
·
Tanaman lainnya : Tidak ada, karena dilakukannya pemeliharaan yang itensif pada
lahan tempat tumbuhnya tanaman pokok.
Selain itu karena kondisi lahan
tergenang, sehingga pertumbuhan gulma
tertekan.
·
penyebab penyakit : Rice Tungro
Bacilliform virus (RTBV) secara kasat
mata kami tidak dapat mengetahui keberadaan patogen ini, namun hal ini dapat
dilihat dari gejalah serangan yang ditimbulkannya secara morfologis: daun
kerdil dan daun berwarna kuning disertai bercak warna coklat.
·
Gulma :
Berada di pematangan sawah
a.
Rumput teki
b.
Alang – alang
c.
Babandotan
·
Hama
:
hama yang ditemukan antara lain:
a.
Wereng coklat
b.
Keong mas
c.
Belalang
·
Musuh alami : Laba – laba
·
Serangga netral : Semut dan capung
B.
ABIOTIK
·
Tanah :
Subur ( hal ini dilihat dari pertumbuhan tanaman padi yang subur dan dari ciri fisik
tanah yang dapat dilihat secara kasat mata. Warna tanah: coklat, suhu: sedang,
drainase: baik).
·
Cuaca :
cerah, karena keadaan lingkungan berada dalam keadaan baik dan tidak adanya
naungan.
·
Air :
semi teknis (menyadap langsung dari aliran air di kali tanpa adanya pintu sadap
dan irigasi yang terjadwal).
·
Kelembaban : basah, karena lahan selalu
tergenang.
2.
UBI
JALAR
Keterangan:
A.
BIOTIK
·
Tanaman pokok : Ubi jalar.
·
Tanaman lainnya : Singkong dan albasia.
·
Gulma :
Babandotan
-
Alang – alang
-
Putri malu
-
Rumput teki
·
Hama :
- Ulat pemakan daun
-
Kepik
-
Belalang
·
Serangan netral : - Capung
-
Semut
-
Laba – laba
·
Penyakit : Busuk daun.
B.
ABIOTIK
·
Tanah :
Subur
·
Cuaca :
Cerah
·
Kelembaban : lembab (dekat dengan aliran air )
·
Irigasi :
Tadah hujan
·
Sistem pertanaman : Kebun campur
·
Keadaan naungan : Ada (singkong dan albasia)
B.
Pembahasan
Agroekosistem dapat
diartikan sebagai totalitas/kesatuan lingkungan pertanian yang tersusun oleh
komponen hidup (biotik) dan komponen tidak hidup (abiotik) yang saling
berinteraksi dan manusia dengan sistem
sosialnya merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan komponen
tersebut. (Saragih, 2000). Agroekosistem ini pada saat proses pembentukan dan
perkembangannya terjadi karena ada campur tangan manusia dengan tujuan umtuk
meningkatkan produksi pertanian dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan manusia.
Campur tangan manusia dapat berupa pemebrian masukan energi dan biasanya
mempunyai kecenderungan mengubah keseimbangan alam dan menyebabkan ekosistem
menjadi tidak stabil bila tidak dikelola dengan baik.
Ekosistem pertanian /
Agroekosistem ( EP ) adalah ekosistem yang proses pembentukannya ada campur
tangan manusia dengan tujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dalam rangka
memenuhi kebutuhan tuntutan manusia. Campur tangan manusia dapat berupa
pemberian masukan energy tinggi dan biasanya mempunyai kecenderungan mengubah
keseimbangan alami dan menyebabkan ekosistem menjadi tidak stabil bila dikelola
dengan baik. Contoh masukan energi tinggi antara lain : Pestisida kimia
sintetik, pupuk kimia, benih unggul dll.
Agroekosistem
adalah hubungan timbal balik antara sekelompok manusia atau masyarakat dan
lingkungan fisik dari lingkungan hidupnya guna memungkinkan kelangsungan hidup
kelompok manusia.
Konsep dari agroekosistem yaitu :
1.
Terjadi interaksi antara komponen pertanian
2.
Interaksi normal >> terjadi keseimbangan
3.
Timbul masalah bila tak seimbang interaksinya
(homeostasis) terganggu.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman dibedakan menjadi dua yaitu faktor abiotik
dan faktor biotik.
a.
Lingkungan biotik (makhluk hidup)
lingkungan biotik
terdiri atas organisme-organisme hidup di luar lingkungan abiotik (manusia,
tumbuhan, hewan dan mikroorganisme). Komponen ini terdiri atas produsen yaitu
semua tumbuhan hijau yang menghasilkan makanan dengan jalan fotosintesis, konsumen
ialah semua yang membutuhkan atau pemakai yang terdiri atas Herbivora,
Karnivora, dan Omnivora. dan pengurai yang tugasnya menguraikan kembali zat –
zat yang terdapat pada hewan dan tumbuh – tumbuhan yang telah mati, misalnya
bakteri pembusuk, jamur saprofit, cacing, dan lain – lain.
b.
Lingkungan abiotik (makhluk tak hidup)
Komponen ini
yaitu segala sesuatu yang terdapat di sekitar makhluk hidup.
faktor abiotik terdiri atas tanah, air, udara, kelembaban udara, angin, cahaya
matahari, suhu, dan lain – lain (Abdurachman, 2001). Apabila faktor tersebut
kebutuhannya tidak terpenuhi maka tanaman tersebut bisa mengalami dorminasi
/dorman yaitu berhenti melakukan aktifitas hidup.
Suhu
merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Pertumbuhan tanaman akan baik pada suhu antara 15oC sampai
40oC. Suhu akan mengaktifkan proses fisik dan kimia pada tanaman.
Energi panas akan menggiatkan reaksi biokimia pada tanaman atau reaksi
fisiologis dikontrol oleh selang suhu tertentu (Sowasono, 2001).
Analisis
agroekosistem (AAES) merupakan kegiatan terpenting dalam pengelolaan hama dan
penyakit terpadu, kegiatan ini dapat dianggap sebagai teknik pengamatan
terhadap hal yang mendasari petani dalam membuat keputusan-keputusan pengelolaan
lahan pertaniannya. Kegiatan ini dilakukan dengan melihat beberapa faktor
seperti : hama, penyakit, musuh alami, serangga netral, cuaca, air, kondisi lahan dan gulma.
Analisis agroekosistem
dapat dianggap sebagai tehnik pengamatan terhadap hal yang mendasari petani
dalam membuat keputusan tentang pengelolaan lahan/kebunnya. Analisis
agroekosistem perlu diarahkan pada proses interaksi antara dua system yang
menjadi penopang utama, yakni system sosial (social system) dan
ekosistem alam (natural ecosystem). Beberapa komponen natural dalam
agroekosistem antara lain meliputi faktor-faktor biofisik seperti tanah, air,
iklim, tumbuhan, hewan dan lain sebagainya yang satu sama lain berinteraksi
dalam suatu mekanisme tertentu sehingga perubahan pada komponen yang satu akan
berpengaruh pada keberadaan komponen yang lain. Misalnya saja, perubahan iklim
yang mengarah pada tingkat kekeringan tertentu akan berpengaruh pada ketersediaan
air di dalam tanah, yang pada gilirannya juga akan memberikan pengaruh pada
sebaran tumbuhan dan hewan yang ada di atasnya. Demikian juga dengan system
sosial, beberapa komponen sosial seperti demografi, organisasi sosial, ekonomi,
institusi politik dan system kepercayaan adalah hal-hal yang saling memberikan
pengaruh pada terbentuknya karakter tertentu, daya tahan, stabilitas dan
tingkat kemajuan (Rambo, 1983). Sementara itu, interaksi antara system sosial
dan system natural dalam sebuah agroekosistem juga saling memberikan
pengaruh. Perubahan pada system natural akan berpengaruh pada system sosial,
dan sebaliknya perubahan dalam system sosial juga akan memberikan pengaruh pada
system natural.
Pada Praktikum Analisis Agroekosistem ini, kelompok kami
mengamati dua komoditas utama yaitu tanaman Padi dan Ubi jalar. Kami melakukan
pengamatan pada hari minggu
tanggal 11 November 2012.
Pengamatan kami berlokasi di Desa
karangwangkal. Kec. Purwokerto Utara. Kab. Banyumas. Jawa tengah. Seperti yang
telah kami ketahui, komoditas Padi dan Ubi
jalar merupakan dua komoditas yang bisa dikatakan pokok di daerah tersebut. Hal
itu dikarenakan faktor abiotik dan biotik yang sangat mendukung terhadap
pertumbuhan dari kedua tanaman yang kami amati di lahan tersebut. Seperti
keadaan Tanah yang Subur ( hal ini dilihat dari pertumbuhan tanaman padi yang
subur dan dari ciri fisik tanah yang dapat dilihat secara kasat mata. Warna
tanah: coklat, suhu: sedang, drainase: baik). Cuaca yang cerah, karena keadaan
lingkungan berada dalam keadaan baik dan tidak adanya naungan. Keadaan Air, semi
teknis (menyadap langsung dari aliran air di kali tanpa adanya pintu sadap dan
irigasi yang terjadwal). Serta Kelembaban, basah karena lahan selalu tergenang.
faktor abiotik dan biotik sangat mendukung terhadap pertumbuhan dari kedua
tanaman yang kami amati.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
1. Agroekosistem
merupakan hubungan timbal balik antara komponen hidup (biotik) dan komponen
tidak hidup (abiotik) serta manusia pada lingkungan pertanian.
2. Ekosistem
pertanian / Agroekosistem ( EP ) adalah ekosistem yang proses pembentukannya
ada campur tangan manusia dengan tujuan untuk meningkatkan produksi pertanian
dalam rangka memenuhi kebutuhan tuntutan manusia.Komponen dasar dari
agroekosistem adalah komponen hidup (biotik) dan komponen tidak hidup
(abiotik).
3.
Analisis agroekosistem
(AAES) merupakan kegiatan terpenting dalam pengelolaan hama dan penyakit
terpadu, kegiatan ini dapat dianggap sebagai teknik pengamatan terhadap hal
yang mendasari petani dalam membuat keputusan-keputusan pengelolaan lahan
pertaniannya.
B.
SARAN
Pengarahan lebih ditingkatkan lagi,
supaya praktikan paham betul untuk kegiatan praktikum yang akan dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,
Oemi. 2001. Dasar-Dasar Public Relations (Cetakan
Keduabelas). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Anonim, 2010. Jenis-jenis ekosistem. www.blogspot.com (diakses tanggal 26
November 2010)
Gerald G. Marten, 1998.
Productivity, Stability, Sustainability, Equitability and Autonomy as
Properties for Agroecosystem Assessment. Jurnal Sistem Pertanian
Mangan, J. 2002. Pedoman SL-PHT Untuk Pemandu. Proyek PHT-PR/IPM-SECP.
Jakarta . 21 hal
Saragih,
B. 2000. Agribisnis, Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian.
Yayasan Mulia Persada dan PT Surveyor Indonesia, Jakarta.
Sowasono, Haddy.
2001. Biologi Pertanian. Rajawali Press: Jakarta www.mahmuddin.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 2 November 2009.
Sutanto,
S. 2002. Pertanian Organik. Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Jika Anda memiliki masalah keuangan, sekarang saatnya Anda tersenyum. Anda hanya perlu menghubungi Bpk. Benjamin dengan jumlah yang ingin Anda pinjam dan periode pembayaran yang sesuai untuk Anda dan Anda akan memiliki pinjaman dalam waktu kurang dari 48 jam. Saya hanya mendapat manfaat untuk keenam kalinya pinjaman 700 ribu dolar untuk jangka waktu 180 bulan dengan kemungkinan membayar sebelum tanggal kedaluwarsa. Lakukan kontak dengannya dan Anda akan melihat bahwa dia adalah orang yang sangat jujur dengan hati yang baik. Surelnya adalah lfdsloans@lemeridianfds.com dan nomor telepon WhatApp-nya adalah + 1-989-394-3740
BalasHapus