MAKALAH
PRAKTIKUM PHPT
“Pengendalian
Hama Tikus Padi Sawah Dengan Menggunakan Perangkap Bubu”
Oleh:
Aga Bayu
Hanggara (A11l010168)
Darfan Suhendra
D (A1L010169)
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Proses
budidaya pertanian tidak terlepas dari apa yang namanya Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT), kerugian akibat serangan hama bisa mencapai 37 %, penyakit 35 %,
gulma 29 %, dan bahkan akibat yang di timbulkan oleh serangan hama tikus bisa
menyebabkan gagal panen (puso). Pengendalian
OPT bertujuan untuk mempertahankan produksi pertanian agar produksi tetap
optimal, pengendalian hama adalah usaha –usaha manusia untuk menekan populasi
hama sampai dibawah ambang batas yang merugikan secara ekonomi. Pengendalian
dapat dilakukan dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu
memilih suatu cara atau menggabungkan beberapa cara pengendalian, sehingga
tidak merugikan secara ekonomis, biologi dan ekologi. Dengan tingkat kesadaran
yang tinggi tentang lingkungan yang sehat dan pertnian yang berkelanjutan
diperlikan cara pengendalian yang tepat.
Perangkap
bubu termasuk kedalam komponen pengendalian fisik dan mekanik, yang merupakan teknik
pengendalian yang paling kuno, dilakukan oleh manusia sejak manusia
mengusahakan pertanian. Pengendalian fisik dan mekanik merupakan tindakan yang
dilakukan dengan tujuan secara langsung dan tidak langsung, mematikan,
mengganggu aktivitas dan merubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan
menjadi tidak sesuai bagi kehidupan hama. Pengendalian dengan perangkap bubu
aman akan kesehatan manusia dan lingkungan karena tanpa menggunakan bahan kimia
yang berbahaya. Pengendalian hama dengan
penghalang/pagar atau barier adalah berbagai ragam factor fisik yang dapat
menghalangi atau membatasi pergerakan hama sehingga tidak menjadi masalah bagi
petani.
B. Tujuan
Untuk
mengetahui cara mengendalikan hama tikus dengan cara Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
dengan menggunakan perangkap bubu.
BAB
II
METODE
PELAKSANAAN
- Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pengendalian ini yaitu kawat (0,5cm), gergaji,
gunting, cangkul, golok, tali rafia, bambu/kayu. Sedangkan bahan yang digunakan
yaitu plastik/terpal, serta petakan sawah ukuran 20 x 30m.
B.
Langkah-langkah
1. Bubu dibuat dari kawat berbentuk kotak dengan ukuran panjang
40 cm, lebar 30 cm, dengan tinggi 30 cm.
2. Salah satu sisi bubu dilengkapi corong kawat yang dapat
dilalui tikus. Sisi lainnya mempunyai pintu untuk mengeluarkan tikus yang
terperangkap.
3. Membuat
patok/ajir yang diletakkan pada sudut-sudut petakan sawah, patok tersebut
digunakan sebagai tiang untuk mengikat plastik/terpal.
4. Plastik/terpal
diikat pada patok yang mengelilingi petakan sawah untuk memperangkap tikus
menggunakan bubu.
5. Menentukan
tempat yang digunakan untuk memperangkap tikus.
6. Tempatkan bubu di dalam petak (dibelakang pagar) dengan pintu
corong bubu tepat di belakang lubang yang dibuat pada bagian bawah pagar.
Jumlah bubu paling sedikit empat, masing-masing ditempatkan di satu sisi petak.
7. Di bagian luar pagar dibuat parit ukuran 0,5m dan jembatan
sebagai jalan agar tikus menuju lubang
perangkap.
8. Tikus
yang terperangkap dibunuh/dimatikan dengan cara membenamkan bubu kedalam air
selama 10 menit
BAB
III
ISI
Tikus sawah (Ratus argentiventer) termasuk hama yang
relatif sulit dikendalikan. Perkembangbiakan dan mobilitas tikus yang cepat
serta daya rusak pada tanaman padi yang cukup tinggi menyebabkan hama tikus
selalu menjadi ancaman pada pertanaman padi. Kehilangan akibat serangan tikus
sangat besar, karena menyerang tanaman sejak padi di persemaian hingga
menjelang panen. Berkaitan dengan hal tersebut, maka upaya pengendalian untuk
menekan populasi tikus harus dilakukan terus menerus mulai dari saat pratanam
hingga menjelang panen dengan menggunakan berbagai teknik secara terpadu. Peran
serta dan kerjasama masyarakat / kelompok tani, penentu kebijakan dan tokoh
masyarakat juga diperlukan selama proses pengendalian hama tikus.
Tikus merupakan
hama utama pada tanaman padi. Akibat serangan hama tikus ini sangat merugikan
bagi petani. Tikus menyerang padi pada semua stadia pertumbuhan padi mulai dari
persemaian sampai padi menjelang panen. Tikus sawah mempunyai kemampuan
reproduksi yang tinggi. Periode perkembang-biakan hanya terjadi pada saat
tanaman padi periode generatif. Dalam satu musim tanam padi, tikus sawah mampu
beranak hingga 3 kali dengan rata-rata 10 ekor anak per kelahiran. Tikus betina
relatif cepat matang seksual (±1 bulan) dan lebih cepat daripada jantannya
(±2-3 bulan). Cepat/lambatnya kematangan seksual tersebut tergantung dari
ketersediaan pakan di lapangan. Masa kebuntingan tikus betina sekitar 21 hari
dan mampu kawin kembali 24-48 jam setelah melahirkan (post partum oestrus).
Perangkap
bubu termasuk kedalam komponen pengendalian fisik dan mekanik, yang merupakan
teknik pengendalian yang paling kuno, dilakukan oleh manusia sejak manusia
mengusahakan pertanian. Pengendalian fisik dan mekanik merupakan tindakan yang dilakukan
dengan tujuan secara langsung dan tidak langsung, mematikan, mengganggu
aktivitas dan merubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi
tidak sesuai bagi kehidupan hama. Pengendalian dengan perangkap bubu aman akan
kesehatan manusia dan lingkungan karena tanpa menggunakan bahan kimia yang
berbahaya.
Perangkap
bubu merupakan satu cara pengendalian komponen fisik dan mekanis, tekni ini
merupakan gabungan dari penghalang dan perangkap. Perangkap dibuat
sedemikian rupa meniru bubu perngakap ikan, begitu tikus masuk makan tidak bisa
keluar lagi. Pengendalian dengan perangkap terhadap hama adalah mengupayakan hama bisa
masuk/ tertangkap dalam jebakan, sehingga tidak bisa keluar lagi. Hama tikus
memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan hama yang lain, antara laian
yaitu:
1.
Mempunyai
mobilitas
2.
Mempunyai
kemampuan merusak yang besar dalam waktu relative singkat
3.
Tidak mudah percaya pada benda-benda yang tidak bisa
mereka kenal
4.
Cerdik dalam menaggapi sesuatu.
Tikus merupakan binatang mengerat
yang sering menimbulkan kerusakan baik dirumah, digudang diladang maupun
disawah bahkan ada jenis tikus yang merusak pada tanaman di pohon. Berdasarkan
habitat tempat hidupnya tikus dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1. Tikus sawah : ekor lebih panjang dari pada tubuh dan kepala,
jumlah putting 12, warna bulu putih keabuan, habitat disawah
/ditanggul-tanggul, telapak kaki 2 oasang terpisah satu pasang tidak pada
telapak kaki depan.
2. Tikus rumah : ekor sama dengan tikus rumah, jumlah putting susu
10, warna putih kehitaman, habitat ruamg tertutup di gudang/rumah, telapak kaki
3 pasang berbantl terpisah.
3. Tikus pohon : hamper sama dengan tikus rumah, jumlah putting susu
10, warna putih keabuan, habitat dipohon/lading.
Perangkap bubu merupakan satu cara pengendalian
komponen fisik dan mekanis, tekni ini merupakan gabungan dari penghalang Barier
dan perangkap. Perangkap dibuat sedemikian rupa meniru bubu perngakap ikan,
begitu tikus masuk makan tidak bisa keluar lagi.
Ø Cara
pengefektifkan perangkap bubu
1. Perangkap bubu dipasang pada tempat
dimana tikus sering lewat.
2. Dilakukan pengamatan setiap pagi
hari.
3. Lakukan pengecekan dilahan karena
perangkap bisa bergeser.
4. Bahan
pembuat perangkap harus dipilih bahan yang kuat.
5. Pemasangan
perangkap harus seawal mungkin.
6. Dilaksanakan
secara luas dan seimbang.
Beberapa
kesalahan umum yang membuat petak perangkap kurang berhasil, antara lain:
1. Petak
perangkap dibuat jauh dari habitatnya.
2. Ukuran
petak perangkap terlalu kecil
3. Umur
pertanaman petak tidak berbeda, dengan pertanaman di sekitarnya.
4. Parit
kering sehingga memudahkan tikus untuk melubangi pagar.
BAB IV
PENUTUP
Kesi kesimpulan
Tikus
merupakan hama utama pada tanaman padi. Akibat serangan hama tikus ini sangat
merugikan bagi petani. Tikus menyerang padi pada semua stadia pertumbuhan padi
mulai dari persemaian sampai padi menjelang panen.
Perangkap
bubu termasuk kedalam komponen pengendalian fisik dan mekanik, yang merupakan
teknik pengendalian yang paling kuno yang dilakukan oleh para petani. Pengendalian terhadap hama padi sawah dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap bubu. Pengendalian
dengan menggunakan perangkap terhadap tikus adalah mengupayakan agar tikus bisa masuk dan tertangkap dalam
jebakan, sehingga tidak bisa keluar lagi.
BAHAN
DISKUSI
1.
Bagaimana
efektifitas perangkap bubu tikus?
2.
Bagaimana pemeliharaan perangkap bubu
tikus?
3.
Mengapa perlu dilakukan pengendalian
hama tikus?
4.
Kapan hama tikus menyerang tanaman padi?
5.
Apa pentingnya pengendalian hama terpadu
pada tanaman padi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar